Laporan Praktikum PMM-A Pemeriksaan Boraks pada Makanan


MATA KULIAH        : PMM-A
DOSEN PMA             : KHIKI PURNAWATI KASIM, SST, M.KES

LAPORAN PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN - A
PEMERIKSAAN BORAKS PADA MAKANAN


DISUSUN OLEH:

ANDI NURUL AL GEBRA ATOGA
PO714221181005
D.IV/II.A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV SARJANA TERAPAN
TAHUN 2020

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, yang dimakan oleh makhluk hidup mendapatkan tenaga dan nutrisi. Cairan yang dipakai untuk maksud ini sering disebut minuman, tetapi kata 'makanan' juga bisa dipakai. Istilah ini kadang-kadang dipakai dengan kiasan, seperti "makanan untuk pemikiran". Kecukupan makanan dapat dinilai dengan status gizi secara antropometri. Makanan yang dibutuhkan manusia biasanya diperoleh dari hasil bertani atau berkebun yang meliputi sumber hewan, dan tumbuhan. Beberapa orang menolak untuk memakan makanan dari hewan seperti, daging, telur, dan lain-lain. Mereka yang tidak suka memakan daging, dan sejenisnya disebut vegetarian yaitu orang yang hanya memakan sayuran sebagai makanan pokok mereka. Pada umumnya bahan makanan mengandung beberapa unsur atau senyawa seperti air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, enzim, pigmen dan lain-lain.
Dalam produksi pangan olahan sangat dibutuhkan berbagai bahan pendukung yang dapat membuat produk yang dihasilkan bercita rasa lezat, berpenampilan menarik, tahan lama, serta mudah dalam pengangkutan dan pendistribusian. Adapun bahan pendukung itu lazim disebut bahan tambahan makanan (BTM/Food additive) atau zat Aditif. Yang dimaksud dari BTM sendiri berdasarkan FAO-WHO adalah bahan – bahan yang ditambahkan secara sengaja ke dalam makanan dalam jumlah tertentu dan berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang masa simpan.
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Di dalam peraturan Mentri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan juga bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud tekhnologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

B. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara pemeriksaan boraks pada sampel makanan.
2. Untuk mengetahui apakah sampel makanan mengandung boraks.

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Bahan Tambahan Pangan
Menurut Syah (2005), bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan dan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat. Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan.
Zat adiktif makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu atau bahan yang ditambahkan pada makanan ataupun minuman pada waktu proses atau pembuatannya dan terdapat pada hasil akhirnya (Pardiazi, 1980).
Pemakaian BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang aman merupakan pertimbangan yag penting. Jumlah BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang diizinkan untuk digunakan dalam pangan harus merupakan kebutuhan minimum untuk mendapatan pegaruh yang dikehendaki. Pada prinsipnya konsumen harus diberi informasi adanya bahan tambahan pangan (BTP) dalam bahan baku makanan. Pernyataan yang tertera atau etiket harus diberikan informasi adanya BT (Bahan Tambahan Pangan) kepada konsumen. Hal ini merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan tersebut (Baliwati, 2004).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan R.I.No.329/Menkes/PER/XII/76, yang dimaksudkan dengan adiktif makanan adalah bahan yang di tambahkan dan di campurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu termasuk kedalam aroma, pemantap, antioksidan, pengawet, pengemulsi, antigumpal, pemucat dan pengental (Winarno, 1992).

B. Boraks
Boraks (Na2B4O7.10 H2O) adalah kristal putih yang dapat larut dalam air dingin membentuk natrium hidroksida dan asam borat. Boraks mudah larut dalam air dan tidak berbau serta memiliki pH 9.5. Boraks maupun asam borat sebenarnya digunakan dalam industri non pangan karena memiliki sifat antiseptik dan biasa digunakan dalam industri farmasi sebagai ramuan obat seperti salep, bedak, obat pencuci mata, obat oles mulut, solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa (Suhada dan Rikky, 2012).
Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan, boraks dalam air berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005).
Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut : jarak lebur sekitar 171o C. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006).
Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh, boraks merupakan racun bagi semua sel. Kadar tertinggi tercapai pada waktu diekstraksi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi yaitu 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak (Saparinto dan Hidayati, 2006).
Boraks merupakan salah satu zat adiktif pada makanan. Yakni zat yang di tambahkan dan dicampurkan pada makanan sewaktu pengolahan makanan dengan maksud untuk menarik (pewarna), menambah selera (pemanis), menyedapkan (penyedap), mengharumkan dan sebagai bahan pengawet makanan dan sebagai pengenyal. Boraks yang di gunakan sebagai pengenyal berupa sodium boraks, yang salam istilah awamnya disebut bleng.
Banyak makanan yanng berasal dari jawa menggunakan bleng sebagai salah satu bahan dasar pengolahan makanan seperti gendar atau puli, lopis dan kerupuk gendar atau karak. Memeng dari segi rasa, makanan tersebut di geamri oleh masyarakat, karena selain enak, gurih dan kenyal juga tahan lama.
Bleng juga di pergunakan dalam pembuatan bakso dan mie agar lebih kenyal, menggurihkan makanan, serta tahan lama (Aryani, 2006).
Pemerintah telah meperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan, namun dibatasi oleh UU Kesehatan dana Keselamatan Nasional, batasnya hanya 1 gram per satu kilogram pangan, bila lebih itu ilegal, pelaku akan di penjara 12 tahun bila menambahkan lebih dari 1 gram per 1 kilogram pangan (Anonim, 2013).

C. Penyalahgunaan Boraks pada Makanan
Boraks meskipun bukan pengawet makanan sering pula digunakan sebagai pengawet makanan, selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula mengenyalkan makanan. Makanan yang sering ditambahakan boraks diantaranya adalah bakso, sosis, nugget, mie, kerupuk dan lontong. Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan-kekenyalan bakso khas yang berbeda dari bakso yang menggunakan banyak daging. Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, tekstur bagus dan renyah. Ikan basah yang tidak rusak selama 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin. Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin. Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar 25°C, berbau menyengat, kenyal, tidak lengket, dan agak mengkilap (Yuliarti, 2007).

D. Ciri - Ciri Makanan yang Mengandung Boraks
Beberapa ciri – ciri makanan yang mengandung boraks, yaitu:
1.    Ciri – ciri mie basah mengandung boraks: Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus.
2.  Ciri baso mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan.
3.    Ciri – ciri jajanan (seperti lontong) mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, berasa tajam, seprti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan meberikan rasa getir.
4.     Ciri – ciri kerupuk mengandung boraks: teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir

E. Pengaruh Boraks pada Kesehatan
Pengaruh boraks pada kesehatan, yaitu:
1.     Jika terhirup: Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernapas, napas pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.
2.       Jika terkena kulit: Kemerahan, gatal, kulit terbakar.
3.       Jika terkena mata: Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan.
4.   Jika tertelan: Mual, muntah, perut perih, dalam jumlah banyak menyebabkan kurang darah, muntah darah, mati.

BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
a.       Alat:
-  Tusuk Gigi
b.      Bahan:
-  Sampel Makanan (Bakso)
-  Kunyit Basah

B. Prosedur Kerja
1.      Pertama, siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2.      Setelah disiapkan, ambil tusuk gigi yang telah disiapkan,
3.      Lalu tusuk kunyit basah yang telah disiapkan,
4.      Setelah itu, tusuk sampel makanan (bakso) yang telah disiapkan,
5.    Amati perubahan warna yang terjadi pada tusuk gigi, bila tusuk gigi berubah warna menjadi merah maka sampel makanan mengandung boraks. 

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM
A. Hasil
Pada percobaan yang dilakukan, sampel makanan terbukti tidak mengandung boraks. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya perubahan warna pada tusuk gigi yang digunakan.

B. Analisa Hasil
Dengan terbuktinya bahwa sampel makanan yang diuji tidak mengandung boraks, karena dalam pemeriksaan tidak terjadi perubahan warna pada tusuk gigi yang digunakan. Hal ini berarti sampel makanan yang diuji tidak mengandung boraks dan layak dikonsumsi berdasarkan pemeriksaan kandungan boraks.

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
  1. Bahan makanan yang mengandung boraks akan lebih kenyal dari biasanya, selain itu makanan tidak mudah rusak dan busuk.
  2. Apabila sampel yang mengandung boraks diuji dengan menggunakan kunyit maka akan menghasilkan warna merah.
  3. Sampel bahan pangan (bakso) yang diuji dinyatakan negatif mengandung boraks.

B. Saran
Semoga hasil dari percobaan ini bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat yang mengkonsumsi dan juga bisa lebih berhati – hati dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Tentunya laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA


Riski. 2018. Laporan Pemeriksaan Boraks, Formalin, Rhodamin dan Metanhyl Yellow. http://riskijun9.blogspot.com/2018/03/mata-kuliah-pmm-dosen-pengajar-khiki.html Diakses pada tanggal 20 April 2020 Pukul 08.31 WITA
Kasim, Setiawan. 2018. Laporan Cara Pemeriksaan Rhodamin – B, Methyl Yellow, Formalin dan Boraks pada Makanan. https://setiawankasim.blogspot.com/2018/03/laporan-cara-pemeriksaan-rhodamin.html Diakses Pada Tanggal 20 April 2020 Pukul 08.47 WITA
Afriani, Dwi Putri. 2018. Cara Pemeriksaan Boraks, Formalin, Rhodamin – B, Methyl Yellow pada Makanan dan Minuman – Kesehatan Lingkungan Poltekkes Makassar. http://dwiputriafriani22.blogspot.com/2018/04/cara-pemeriksaan-boraks-formalin.html Diakses Pada Tanggal 20 April 2020 Pukul 09.18 WITA
Laporanpraktikum.id. 2020. Laporan Praktikum Uji Boraks pada Sampel Bahan Pangan. https://laporanpraktikum.id/laporan-praktikum-uji-boraks/ Diakses Pada Tanggal 20 April 2020 Pukul 09.56 WITA

LAMPIRAN









Komentar

  1. Laporannya sudah lengkap dan bahasanya sangat mudah dimengerti tetapi ada baiknya ditambahkan pada analisa hal yang menyebabkan warna kuning pada kunyit berubah menjadi warna merah jika sampel makanan positif mengandung boraks. Makasih^-^

    BalasHapus
    Balasan
    1. baik, terima kasih masukannya, it means a lot for me and I really appreciate it.^^

      Hapus
  2. Laporannya sangat lengkap beda sama punyaku��

    BalasHapus
    Balasan
    1. baik, terima kasih tanggapannya. mungkin beda karena yang menyusun orang yang berbeda(?) ^^

      Hapus
  3. Laporannyya sudah bagus, penjelasannya sangat lengkap mungkin bisa ditambahkan penjelasan mengenai kandungan apa yang terkandung pada kunyit sehingga dapat mendeteksi boraks pada bagian analisa. 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. baik, terima kasih tanggapan dan masukannya, sangat membantu and it means a lot for me, I really appreciate it.^^

      Hapus
  4. Laporannyya sangat lengkap, dan bahasanya mudah di pahami:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. baik, terima kasih tanggapannya, it means a lot for me^^

      Hapus
  5. Laporannya bagus
    Mantapp 🔥🔥

    BalasHapus
  6. laporannya sdh bagus dan sangat membantu, mudah dipahami

    BalasHapus
    Balasan
    1. baik, terima kasih masukannya, I really appreciate it!^^

      Hapus
  7. Laporannya sudah bagus dan mudah dipahami bagi para pembaca...

    BalasHapus
  8. laporannya bagus dan sudah lengkap :)

    BalasHapus
  9. LPorannya sangat lengkap terima kasih sudah membantu

    BalasHapus
  10. mudah di pahami dan sangat membantu terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. baik, terima kasih tanggapannya, senang bisa membantu!^^

      Hapus
  11. Penjelasannya mudah dipahami dan sangat membantu

    BalasHapus
  12. laporan yany di buat akan sangat berguna untuk kedepannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. baik, terima kasih tanggapannya, it means a lot for me^^

      Hapus
  13. laporannya sangat membantu buat referensi pengetahuan

    BalasHapus
  14. Sangat mudah di pahami dan menambah referensi untuk penggunaan bahan tersebut sebagai pendeteksi boraks

    BalasHapus
    Balasan
    1. baik, terima kasih tanggapannya, it means a lot for me. ^^

      Hapus
  15. Laporan nya sudah bagus, semoga laporannya bermanfaat bagi pembaca saran sebaiknya di lampiran diberi keterangan masin2 gambar

    BalasHapus
    Balasan
    1. baik, terima kasih tanggapan dan masukannya, I really appreciate it! ^^

      Hapus
  16. Penjelasan nya mudah di pahami dan sangat bermanfaat

    BalasHapus
  17. Laporannya sangat bagus dan membuat saya jadi mengerti bahayanya kandungan boraks pada makanan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih tanggapannya ya, it means a lot for me! ^^

      Hapus
  18. Laporannya bagus, menambah pengetahuan dan bisa jadi referensi, bahasanya juga mudah dipahami

    BalasHapus
  19. Laporannya bagus, mudah dipahami dan bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah lengkap, tapi analisa hasil terlalu sederhana, padahal kajian pustaka cukup banyak. Jadi kesannya tdk berimbang kajian pustaka dgn analisa yg diberikan.
      Pada saran haruslah operasional terkait hasil yg didapat. Sebagai contoh: untuk mendeteksi borax pd bakso dapat menggunakan kunyit. Ciri2 bakso yg aman dari borax adalah.....

      Hapus

Posting Komentar